Selusin Kegalauan dalam Menanggapi Rencana Penerbitan Skripsi melalui Jurnal Ilmiah Online


Saya akan dengan senang hati membantu membuatkan situs jurnal untuk mempublikasikan skripsi mahasiswa Faperta Undana. Namun demikian, terus terang, saya sebenarnya sangat galau dengan rencana ini. Kegalauan saya didasarkan atas pengamatan saya terhadap skripsi mahasiswa Faperta Undana mengenai aspek-aspek sebagai berikut:
  1. Perumusan masalah penelitian. Permusan masalah selalu dimulai dengan pernyataan bahwa tanaman penting untuk diteliti karena mempunyai kandungan zat gizi. Kandungan zat gizi menjadi permasalahan yang penting dalam minat ilmu pangan, tetapi bukan dalam minat agronomi, ilmu tanah, dan perlindungan tanaman. Perumusan masalah juga selalu dimulai dengan tanaman, bukan sesuai dengan bidang ilmu. Permasalahan tanaman merupakan lingkup minat agronomi, sehingga pendahuluan dan tinjauan pustaka skripsi minat ilmu tanah, perlindungan tanaman, dan ilmu pangan tidak seharusnya dimulai dengan menguraikan tanaman.
  2. Penggunaan nama ilmiah. Nama ilmiah merupakan nama yang diberikan kepada mahluk hidup, bukan terhadap produk mahluk hidup atau hasil olahannya dan juga bukan kepada nama mahluk hidup yang digunakan sebagai keterangan. Tanaman jagung mempunyai nama ilmiah Zea mays, tetapi frasa seperti produksi jagung, pengolahan jagung, pemasaran jagung, apalagi jagung bose, tidak boleh diikuti dengan nama ilmiah. Nama ilmiah juga harus dirujuk dari sumber yang mempunyai otoritas di bidang taksonomi. Misalnya, James Fox menggunakan nama Borassus sundaicus sebagai nama ilmiah dalam disertasinya di bidang antropologi. Untuk nama ilmiah lontar seharusnya digunakan nama yang diakui secara taksonomi, misalnya nama ilmiah yang digunakan di situs Encyclopedia of Life, Tree of Live, Discover Live, dsb. Penulisan nama ilmiah juga harus dilakukan dengan mengikuti aturan baku, misalnya nama epitet spesies yang harus dimulai dengan huruf kecil, nama varietas alami yang harus didahului dengan var., nama varietas budidaya yang harus didahului dengan cv atau ditulis dalam tanda petik bila tidak didahului dengan cv.
  3. Konsep pertumbuhan dan produksi tanaman. Pertumbuhan merupakan proses perubahan terkait waktu, sedangkan produksi merupakan bagian tanaman yang dipanen. Karena pertumbuhan merupakan proses terkait waktu maka tinggi tanaman, jumlah daun, lingkar batang, dan sebagainya bukan merupakan variabel pertumbuhan. Yang sebenarnya merupakan variabel pertumbuhan adalah perubahan tinggi tanaman, perubahan jumlah daun, perubahan lingkar batang, dan sebagainya selama waktu pengamatan. Oleh karena itu, analisis pertumbuhan dilakukan dengan mengintegrasikan peubah pengamatan dengan waktu pengamatan, misalnya dengan terlebih dahulu menghitung luas daerah di bawah kurva (LDBK) atau dengan menggunakan analisis ragam lintas waktu. Pada pihak lain, produksi dapat berupa daun, batang, buah, atau biji, bergantung pada bagian tanaman yang dipanen. Batang dan daun merupakan produksi kangkung, bayam, sawi, dan sejenisnya, daun merupakan produksi tembakau, batang merupakan produksi tebu, buah merupakan produksi tomat, gabah merupakan produksi padi.
  4. Analisis statistik. Analisis statistik merupakan alat yang digunakan untuk “membersihkan” data dari galat (error), terutama dari galat percobaan (penelitian eksperimental) dan galat pengambilan sampel (penelitian survai). Ketika statistik digunakan sebagai alat untuk menganalisis data maka peneliti harus bisa patuh kepada kaidah statistik. Misalnya, bila hasil analisis ragam menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan A, B, dan C yang nilai reratanya masing-masing 3, 5, dan 8 maka peneliti harus menyimpulkan bahwa A, B, dan C adalah sama. Perbedaan sebesar 2 antara A dan B, 3 antara B dan C, dan 5 antara A dan C merupakan perbedaan yang terjadi karena galat. Bila yang dibahas perbedaan ini, dan bukannya A, B, dan C adalah sama, maka peneliti sesungguhnya membahas galat. Apalagi bila peneliti membahas dengan menyatakan, “Meskipun hasil analisis ragam tidak menunjukkan ada perbedaan nyata, secara matematik ternyata terdapat perbedaan”, maka peneliti ini telah berselingkuh dari statistika ke matematika, dari penalaran induktif ke penalaran deduktif.
  5. Percobaan faktorial. Percobaan faktorial dilakukan untuk meneliti interaksi dua atau lebih peubah yang disebut faktor. Misalnya bila kita curiga bahwa perbedaan tanggapan terhadap dosis pemupukan bergantung pada varietas, maka kita mencobakan dosis pemupukan dan varietas dalam rancangan perlakuan faktorial. Karena percobaan faktorial dilakukan untuk meneliti interaksi maka analisis percobaan faktorial ditujukan untuk menentukan apakah memang ada interaksi atau tidak. Bila varietas dilambangkan A dan dosis pemupukan B dan masing-masing terdiri atas tiga taraf maka bila percobaan dilakukan dalam tiga ulangan, akan diperoleh sejumlah kombinasi A dan B. Namun kombinasi ini tidak mewakili interaksi sehingga untuk menentukan ada atau tidak interaksi maka yang harus dianalisis bukanlah perbandingan antar kombinasi ini. Yang harus dianalisis untuk menentukan ada atau tidak interaksi adalah perbedaan antar taraf A pada taraf B1, B2, dan B3 dan perbedaan antar taraf B pada taraf A1, A2, dan A3.
  6. Uji lanjut. Uji lanjut terdiri atas tiga kategori, yaitu uji pembandingan ganda, uji kontras ortogonal, dan uji polinomial ortogonal. Uji pembandingan ganda digunakan untuk membandingkan taraf perlakuan kualitatif, yaitu perlakuan seperti varietas, jenis pupuk, jenis pestisida dan sebagainya, yang sama sekali belum diketahui perbedaannya satu sama lain. Untuk taraf perlakuan yang sudah diketahui perbedaannya satu sama lain sepeti halnya dosis pupuk dan dosis pestisida (siapapun sudah tahu bahwa penyemprotan insektisida dengan dosis 10 ppm akan lebih mematikan daripada dosis 1 ppm), uji lanjut yang seharusnya digunakan adalah uji polinomial ortogonal yang dilanjutkan dengan analisis regresi untuk menentukan persamaan polinomialnya. Untuk pembandingan antar satu perlakuan dengan kelompok perlakuan, seperti antara kontrol dengan perlakuan yang lainnya, digunakan uji kontras ortogonal.
  7. Penggunaan analisis regresi secara salah. Analisis regresi dilakukan untuk menentukan hubungan antara satu peubah tidak bebas (Y) dengan satu atau beberapa peubah bebas (X atau X1, X2, ... Xn). Sebagaimana namanya, dalam analisis regresi X harus bebas dalam arti tidak boleh ada hubungan antara, misalnya, X1 dan X2, atau X1 dan X2 tidak boleh menerima perlakuan tertentu. Misalkan dalam perlakuan tanggapan varietas terhadap jenis pupuk hijau dilakukan analisis regresi antara produksi dengan jumlah anakan per rumpun. Analisis regresi antar peubah pengamatan dalam penelitian eksperimental seperti ini tidak bisa dilakukan karena dalam hal ini jumlah anakan yang digunakan sebagai peubah bebas sebenarnya tidak bebas, melainkan dipengaruhi oleh jenis pupuk hijau. Analisis regresi dapat dilakukan, misalnya, antara dosis pupuk dengan produksi bila dosis pupuk merupakan perlakuan.
  8. Angka signifikan. Angka signifikan hasil pengukuran merupakan angka yang wajar dituliskan di belakang koma dengan merujuk pada alat ukur yang digunakan atau angka yang wajar untuk mewakili suatu konsep tertentu. Jika pengukuran dilakukan dengan meteran yang ketelitian ukur terkecilnya adalam mm maka bila satuan dinyatakan dalam cm, hanya boleh ditulis satu angka di belakang koma, misalnya 7,3 cm (7 cm ditambah dengan 3 mm). Bila yang diamati adalah jumlah mahluk hidup maka tidak masuk akal bila jumlah mahluk hidup dinyatakan sebagai satu angka di belakang koma dengan angka di belakang koma > 0. Misalnya, tidak masuk akal menyatakan jumlah daun 5,2 sebab 0,2 bukan merupakan daun, melainkan sobekan daun. Demikian juga menyatakan jumlah 3,9 ekor wereng hijau per rumpun padi sebab 0,9 bukan merupakan wereng hidup, melainkan bangkai wereng.
  9. Perujukan pustaka atau pereferensian. Perujukan pustaka berkaitan dengan gaya (style) yang harus diikuti secara baku dalam mengutip pustaka dan membuat daftar pustaka. Dewasa ini terdapat benyak gaya perujukan pustaka yang digunakan di dunia internasional seperti misalnya Harvard, Vancouver, Chicago, APA, dsb., yang masing-masing menetapkan cara mengutip dan membuat daftar pustaka yang harus diikuti dengan benar. Untuk melakukan pengutipan secara otomatis, program pengolah kata semacam Word dari Microdoft Office 2007 dan OpenOffice.org Write telah dilengkapi dengan fitur perujukan pustaka otomatis. Selain itu juga tersedia program aplikasi tersendiri yang gratis seperti Zotero dan yang berbayar seperti EndNote.
  10. Satuan internasional dan penulisan satuan. Satuan yang digunakan harus merupakan satuan internasional (SI) yang ditulis dengan mengikuti aturan baku. Misalnya satuan berat adalah gram, kilogram, atau ton yang ditulis g (bukan gr.), kg (bukan kgr.), dan ton (bukan t). Satuan volume adalah liter yang ditulis L (bukan l) atau kL (bukan kl). Singkatan satuan selalu tidak disertai dengan titik, sehingga g tidak boleh ditulis g dengan disertai titik, demikian juga dengan Rp yang tidak boleh ditulis dengan diikuti titik. Satuan per seratusan adalah bukan prosentase, melainkan persentase yang berarti per seratus.
  11. Pembahasan hasil penelitian. Pembahasan hasil penelitian merupakan penjelasan terhadap hasil yang diperoleh, bukan membuat dugaan terhadap hal-hal yang berada di luar konteks penelitian. Meskipun demikian, pembahasan masih dilakukan dengan lebih banyak menduga-duga sehingga membuat penelitian yang seharusnya berawal dari dugaan (hipotesis) dan berakhir dengan kepastian menjadi berawal dari dugaan (hipotesis) dan berakhir dengan menduga-duga (bahkan meraba-raba).
  12. Tata tulis dan pengetikan dengan pengolah kata. Artikel jurnal harus ditulis dengan tata tulis tertentu, biasanya terdiri atas judul, byline (nama penulis dan afiliasinya), abstrak dalam bahasa Indonesia dan Inggris, pendahuluan, metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan, ucapan terima kasih, dan daftar pustaka. Bagian-bagian ini harus ditulis dengan mengikuti aturan tertentu mengenai penempatan judul, cara memulai alinea baru, cara melakukan penyebutan secara berurutan, dan sebagainya. Belum lagi menyangkut gaya penulisan (narasi, deskripsi, argumentasi), tatabahasa (tatakalimat, penyusunan aline), kemampuan bahasa (sangga beda dengan sanggah, ampu beda dengan ampuh). Aturan tersebut kemudian harus diterjemahkan ke dalam proses pengetikan dengan menggunakan program aplikasi pengolah kata. Pada umumnya orang masih mengetik menggunakan program pengolah kata seperti mengetik dengan menggunakan mesin ketik sehingga akan sangat menyulitkan membuat dokumen hasil pengetikan untuk diubah menjadi online.

Inilah selusin kegalauan saya dalam menanggapi rencana penerbitan skripsi mahasiswa melalui jurnal online. Bila selusin permasalahan kronis di atas tidak bisa terlebih dahulu diatasi, saya khawatir penerbitan skripsi mahasiswa melalui jurnal online hanya akan memalukan institusi. Kecuali terlebih dahulu mampu berbenah diri dan masing-masing bersedia membuka diri untuk berdialog. Saya khawatir hal ini sangat sulit mengingat sebagian dari kita sudah terlalu tua untuk bersedia menerima perubahan, apalagi bersedia mengubah diri.

0 komentar:

Posting Komentar

Bila Anda merasa menerima manfaat dari mengunjungi blog ini, tolong sampaikan komentar

Berbagi

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites