Cloud computing: Memanfaatkan Internet untuk Mendukung Visi Universitas Berwawasan Global

Cloud computing, apa pula ini? Sebagian besar dari kita mungkin masih bingung apa sebenarnya yang dimaksud dengan cloud computing. Dan apa pula terjemahan basaha Indonesianya. Berkomputer di awan? Tapi menurut banyak pihak, istilah ini memang masih diperdebatkan. Terlepas dari perdebatan ini, tanpa sadar kita sebenarnya sudah lama menikmati layanan cloud computing ini. Tidak percaya? Cek saja, berapa lama kyta sudah menikmati layanan semacam aplikasi Yahoo atau aplikasi Google semisal email dan berbagai layanan lainnya. Kita menggunakan aplikasi tanpa perlu menginstalasi apa pun dari kedua penyedia layanan tersebut ke dalam komputer kita.

Menurut Wikipedia, cloud computing merupakan komputasi sebagai layanan melalui jejaring Internet daripada sebagai produk. Yahoo dan Google adalah dua contoh mudah. Tetapi istilah cloud computing berkembang lebih dari sekedar layanan penggunaan program. Saat ini, cloud computing lazim dibedakan menjadi tiga lapis: (1) Software as a Service (SaaS) sebagai lapis puncak (luar), (2) Platform as a Service (PaaS) sebagai lapis tengah, dan Infrastructure as a Service (IaaS) sebagai lapis dasar (tengah). Dalam lapis SaaS, kita menggunakan layanan tanpa perlu tahu, misalnya, programnya diinstalasi di mana. Tapi karena itu, kita tidak dapat berbuat lebih banyak dari sekedar menggunakan layanan yang tersedia. Selain layanan aplikasi yang disediakan Yahoo atau Google, contoh layanan lapis SaaS lainnya adalah DeskAway dan Impel CRM.

Berbeda dengan lapis SaaS yang ditujukan untuk siapa saja, lapis PaaS ditujukan terutama untuk para pengembang program dan orang-orang yang mengerti pemrograman. Untuk tujuan tersebut, PaaS diberikan dalam bentuk cloud OS (sistem operasi di awan?) atau cloud middleware (perangkat lunak antara di awan?). Google App Engine dan Windows Azure adalah contoh cloud OS, sedangkan OrangeScape dan Wolf PaaS adalah contoh cloud middleware. Lain lagi halnya dengan kategori IaaS yang berwujud layanan penyediaan infrastruktur untuk menjalankan fungsi komputasi pihak lain. Amazon EC2 (Elastic Compute Cloud) merupakan contoh cloud computing dalam kategori ini.

Untuk kelompok pengguna seperti kita pada umumnya, lapis layanan cloud computing yang patut menjadi perhatian tentu saja lapis SaaS. Cobalah misalnya akses penyedia layanan CloudMe, Cloudo, atau eyeOS, dan kemudian simak layanan apa saja yang disediakan. CloudMe misalnya, selain menyediakan paket aplikasi yang dapat diakses melalui komputer (PC maupun Mac) dan ponsel iPhone, Blackberry, dan Android, juga menyediakan dukungan penyimpanan gratis 3 GB dengan ukuran file maksimal 150 MB. Lalu coba pula akses Live Mesh (menggantikan layanan Windows Live Sync dan Windows Live Folder), yang memungkinkan pekerjaan dapat dilakukan pada banyak komputer tanpa harus meng-copy file dengan flash drive yang berpotensi menularkan virus. Cek pula layanan yang disedikan oleh Posterous, yang menyediakan layanan cross-publishing platform terbaik di dunia maya.

Setelah mengakses layanan tersebut, renungkan bagaimana sekiranya layanan semacam itu dapat dimanfaatkan untuk menunjang pelaksanaan tugas tridharma dosen. Bayangkan misalnya bila situs universitas tempat kita bekerja menyediakan koneksi ke layanan semacam itu, bukan hanya menayangkan struktur organisasi dan foto para pejabatnya. Tentu saja dengan hanya membayangkan tidak akan ada solusi. Blog dan tulisan ini dibuat bukan untuk sekedar bicata, tetapi untuk memberikan solusi. Terserah kepada kita masing-masing sekarang, sejauh mana kita benar-benar berniat untuk mendukung visi universitas berwawasan global, sejauh mana kita benar-benar ingin menghasilkan lulusan berstandar internasional. Apakah cukup hanya dengan menulis visi dan kemudian mengangguk-angguk di depan pimpinan sementara setelah itu tidak berbuat apa-apa? Apakah cukup hanya dengan mengubah kuirkulum maka dengan sndirinya akan dihasilkan lulusan berstandar internasional?

Berbagai layanan online kini tersedia untuk mendukung upaya mewujudkan universitas berwawasan global. Tidak semua layanan online tersebut dapat dikategorikan sebagai cloud computing, tetapi tetap dapat dimanfaatkan untuk mendukung upaya menjadi bagian dari dunia global. Setidak-tidaknya untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kita ada, meskipun belum mampu berbuat lebih dari itu. Ingin menulis untuk bukan hanya disimpan di hard disk komputer tetapi juga untuk dikolaborasikan dengan dan diberikan komentar oleh orang lain? Gunakan saja layanan yang disediakan oleh Google Docs, Zoho Docs, Office Web Apps, atau Sync.in. Ingin menulis buku yang tidak hanya dicetak beberapa eksemplar sekedar untuk memenuhi syarat naik pangkat? Mengapa tidak memanfaatkan layanan 7-PDF Web Portal, PDFescape, PDFHammer, CodeBox’s PDF, atau DigiScanner sehingga memungkinkan buku diunggah menjadi online untuk dibaca banyak orang? Mengapa tidak sekalian mempublikasikannya secara online melalui layanan Scribd? Bukan hanya buku, slide presentasi juga dapat ditayangkan online melalui SlideShare, SlideRocket, arau SlideBoom sehingga orang lain dapat memberikan masukan. Tapi coba tanyakan kepada diri kita masing-masing, setelah menulis modul matakuliah, apakah mudul kemudian dapat dengan mudah diperoleh mahasiswa?

Tentu saja cloud computing juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan belajar (dan mengajar). Mempunyai masalah dengan nama ilmiah serangga, jamur, atau bakteri? Mengapa tidak ambil fotonya dan kemudian unggah ke layanan penyimpanan foto online untuk meminta orang membantu melakukan identifikasi? Foto dapat diunggah menjadi online dengan banyak cara. Yang paling umum tentu saja Facebook, tapi di Indonesia belum banyak yang menggunakannya untuk tujuan belajar melainkan lebih banyak untuk unjuk diri (sampai mengarah ke narsis). Layanan penayangan foto online lainnya yang dapat dimanfaatkan adalah Flickr yang disediakan Yahoo dan Picasa Web yang disediakan Google. Sebagai dosen, sebagian dari kita pasti pernah mundapat proyek membuat modul matakuliah. Tapi setelah modul selesai ditulis dan dimasukkan ke pengelola proyek, apakah modul dapat diperoleh dengan mudah oleh mahasiswa? Lain halnya bila modul kemudian diunggah ke layanan jasa penyimpanan online semacam Mediafire atau layanan sejenis dan sejenis lainnya untuk kemudian ditautkan ke blog, sebagaimana misalnya modul matakuliah Dasar-dasar Perlindungan Tanaman, Kebijakan Perlindungan Tanaman, dan Ilmu Gulma, akan lebih mudah mahasiswa mengaksesnya.

Tentu saja masih banyak lagi yang dapat dimanfaatkan dari cloud computing untuk mendukung pelaksanaan tugas tridharma berwawasan global. Memang tidak mudah untuk menjadi universitas berwawasan global, apalagi menghasilkan lulusan berstandar internasional. Karena untuk itu tidak saja diperlukan ilmu yang mumpuni, tidak hanya diperlukan kurikulum yang terus diubah, tidak hanya bicara kompetensi tetapi praktikumnya bagaimana, tetapi juga diperlukan kemampuan untuk menunjukkan bahwa kita ada. Juga diperlukan nilai plus daripada sekedar menyelesaikan sejumlah SKS. Untuk itulah maka cloud computing menjadi penting. Untuk itulah memang Internat dibuat. Tapi kalau ada universitas yang hanya mampu membuat situs tanpa menyediakan layanan Internet di kampusnya, entah apakah ini merupakan cara lain untuk menjadi universitas berwawasan global.

2 komentar:

Bagaimana bisa memanfaatkan cloud computing? Jaringan Internet di kampus saja tidak ada!!!

Itulah masalahnya, tapi mungkin ini strategi alternatif untuk menjadi universitas global

Posting Komentar

Bila Anda merasa menerima manfaat dari mengunjungi blog ini, tolong sampaikan komentar

Berbagi

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites